Sumber Gambar dari Google
Siapa sangka lika-liku hidup seorang artis muda ternama yang
melejit dalam film layar besar perdananya “Ketika Cinta Bertasbih”, tidak
semulus yang kita kira. Sosok Ana Althafunnisa telah ku lihat dalam diri tokoh
fiksi yang benar-benar hidup, Oki Setiana Dewi. Bedanya, Ana hidup dilingkungan
yang memang backgroundnya sudah tidak diragukan lagi jika dia bernafas dalam
naungan syariat Islam, namun Oki?? Berjuang seorang diri untuk menemukan jati
dirinya, menemukan kembali Tuhan-Nya dan buaian indahnya cita-cita duniawi.
Menjadi artis adalah prioritas utamanya, sehingga ia menjadi terlena ketika dalam puncak ketenarannya, ia belum sepenuhnya menangkap hidayah yang mungkin Allah turunkan padanya. Sejak kecil Oki mempunyai sifat yang tidak semua anak manusia memilikinya, yakni sifat pantang menyerah. Sehingga dalam usia yang begitu dini, ia sudah dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang tidak mudah. Namun hal itu merupakan tantangan baru baginya, yang harus dihadapi, bukan untuk dihindari. Bermacam-macam cobaan ia hadapi dengan begitu gigihnya, sehingga ia lupa bahwa dunia tidak hanya berisi cobaan untuk meraih cita-cita semata. Baru kemudian dalam keadaannya yang paling terpuruk, disaat ia tidak mempunyai siapa-siapa sekedar untuk melepas beban dalam hatinya, Hidayah Allah dia tangkap ditengah heningnya sepertiga malam. Tangis penyesalan, harap, syukur ia utarakan dihadapan Rabb nya sang penjaga hati setiap manusia. Sampai ia memutuskan sesuatu yang benar-benar merubah seluruh jalan hidupnya, ia kembali di uji iman serta ketaqwaannya. Seorang Oki yang memang tidak pantang menyerah, dengan tabah dan tertatih ia mempertahankan keinginannya untuk berjilbab. Meskipun cemoohan dan sindiran yang tidak sedikit, tidak menggoyahkan prinsipnya untuk tetap berjalan dalam indahnya pelukan Islam. Dalam ketenangannya, ia diuji lagi dengan cita-cita yang sempat ia hapus dalam diarynya, namun malah nampak didepan mata dan gemeelapan. Akankah Oki mempertahankan jilbabnya ditengah godaan cita-cita yang begitu ia dambakan??
Menjadi artis adalah prioritas utamanya, sehingga ia menjadi terlena ketika dalam puncak ketenarannya, ia belum sepenuhnya menangkap hidayah yang mungkin Allah turunkan padanya. Sejak kecil Oki mempunyai sifat yang tidak semua anak manusia memilikinya, yakni sifat pantang menyerah. Sehingga dalam usia yang begitu dini, ia sudah dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang tidak mudah. Namun hal itu merupakan tantangan baru baginya, yang harus dihadapi, bukan untuk dihindari. Bermacam-macam cobaan ia hadapi dengan begitu gigihnya, sehingga ia lupa bahwa dunia tidak hanya berisi cobaan untuk meraih cita-cita semata. Baru kemudian dalam keadaannya yang paling terpuruk, disaat ia tidak mempunyai siapa-siapa sekedar untuk melepas beban dalam hatinya, Hidayah Allah dia tangkap ditengah heningnya sepertiga malam. Tangis penyesalan, harap, syukur ia utarakan dihadapan Rabb nya sang penjaga hati setiap manusia. Sampai ia memutuskan sesuatu yang benar-benar merubah seluruh jalan hidupnya, ia kembali di uji iman serta ketaqwaannya. Seorang Oki yang memang tidak pantang menyerah, dengan tabah dan tertatih ia mempertahankan keinginannya untuk berjilbab. Meskipun cemoohan dan sindiran yang tidak sedikit, tidak menggoyahkan prinsipnya untuk tetap berjalan dalam indahnya pelukan Islam. Dalam ketenangannya, ia diuji lagi dengan cita-cita yang sempat ia hapus dalam diarynya, namun malah nampak didepan mata dan gemeelapan. Akankah Oki mempertahankan jilbabnya ditengah godaan cita-cita yang begitu ia dambakan??
Buku ini tidak hanya sekedar diary yang diulas kembali dalam
sebuah buku. Membacanya membuatku ikut memasuki episode demi episode perjalanan
hidupnya. Kisah yang setiap ibrahnya diambil dari ayat-ayat Al-qur’an pedoman
sejati umat Islam. Siapa saja yang membaca buku ini tidak akan pernah menyangka
bahwa perjalanan seorang anak manusia yang saat ini tengah dipuja oleh jutaan
kaum muda, telah melalui badai kehidupan yang tidak sekejap. Tahap demi tahap,
ujian demi ujian ia tempuh dengan keyakinan bahwa suatu saat mimpinya akan jadi
kenyataan. Memang benar apabila Oki mengatakan bahwa kesuksesannya tidak hanya
kebetulan atau takdir Illahi, namun antara Ikhtiar manusia dengan takdir itu
sejalan. Tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal inilah yang ku baca dalam
lekuk bahasa Oki dalam mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengajak para
pembacanya masuk dalam kisah hidupnya.
Bahasa yang digunakan Oki dalam mengungkapkan ketika ia sedih,
haru, kaget sekaligus bangga akan prestasinya tidak terkesan sombong dan tidak
juga “lebay”, runtut dan tidak membosankan. Sehingga pembaca akan terus
mengikuti lembar demi lembar dan tidak meloncat-loncat hanya untuk mencari mana
yang sekiranya layak dibaca. Dan buku ini tidak terkesan menggurui, namun lebih
kepada ajakan yang disampaikan dalam bingkisan kisah hidup seorang Oki. Jujur,
percaya diri, tidak putus asa, syukur, tidak goyah dalam perinsip, dan entah
berapa pelajaran lagi yang bisa pembaca ambil dari buku ini yang tidak bisa ku
sebutkan satu persatu.
Jika memungkinkan buku ini diterjemahkan kedalam macam-macam
bahasa, penting kiranya mencantumkan pedoman transliterasi sesuai Undang-Undang
yang berlaku. Karena mungkin sebagian buku ini menggunakan bahasa Arab, dan hal
itu akan menyulitkan pembaca yang tidak memahami bahasa Arab. Dan meskipun ini
adalah catatan dari sebuah diary, penulisan hadits tetap saja dinamakan
kutipan, jadi tidak bisa lepas dari sumber darimana penulis mendapatkan hadits
tersebut.
Judul buku : Melukis
Pelangi “Catatan Hati Oki Setiana Dewi”
Penulis : Oki
Setiana Dewi
Sungguh ALLAH luarbiasa.... saat sulit HidayahNYA datang saat berjilbab, REZEKI melimpah... Tetaplah ISTIQOMAH......
BalasHapusSungguh ALLAH luarbiasa.... saat sulit HidayahNYA datang saat berjilbab, REZEKI melimpah... Tetaplah ISTIQOMAH......
BalasHapus